Rabu, 16 April 2008

Yen…yen sini yen!!!

Mohon ampun Ya Rabb, tadi aku sholat ba’da maghrib di masjid tidak khusyu. Baru banget aku pulang dari masjid saat ini, ah..sholatku aku isi sebagian dengan perasaan tidak kuat menahan tawa, sehingga aku ngga yakin sholatnya diterima apa ngga. Ra-kaat pertama kujalani seperti biasa aku sholat, sehabis takbiratul ihram aku baca iftitah lalu al-fatihah. “Maliki yaumiddin”, sesaat setelah itu, aku ingat anak bule tadi, bule ke-sasar ada di Lodadi, nama kampung tempat aku tinggal di Jogja. Sering sekali aku li-hat anak bule ini datang ke masjid untuk sholat, sering pula aku lihat bapaknya, tinggi besar tidak terlalu kelihatan bule-nya, tapi kata temanku dia orang Italy yang hijrah ke Indonesia.
Tak tahan rasanya menahan rasa lucu ini, aku ingin tertawa sekali, habis al-fatihah, lalu ruku’, tetap saja aku tak kuat menahan tawa, I’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, sampai rakaat kedua sampai sujud terakhir aku tetap ingin tertawa. Sampai aku yak-inkan diri untuk tidak tertawa saat sedang tahiyat untuk mengakhiri sholatku.
Penyebabnya adalah, saat itu aku ingat kejadian suatu pagi di kostku. Dani, anak ba-pak kost membawa main teman-temannya, ada Hari, Andi, sama Mulky dan satu lagi bocah bule Italy yang tampak mencolok diantara anak-anak Jawa ini. Kulit putih memerah, bibir merah pekat, rambut lurus berwarna tembaga, dengan postur yang sedikit lebih tinggi dari teman-teman Indonesia-nya. Namanya Bryan (tolong dibaca dengan aksen barat – gue).
Biasa, anak kecil main kelereng, main tanah, dan main-main lainnya yang memang mainan buat main anak kecil. Aku lihat bocah bule itu, “oh aksennya sudah Indonesia banget”, pikirku saat itu. Mungkin karena memang lahir dan besar disini, ah biasa saja.
Anak-anak itu pun segera pergi setelah main-mainnya selesai, Dani memanggil teman-temannya untuk masuk ke rumah, mungkin mengajak mereka makan, “Di, Har, Mul, sini.. ke rumah yuk”, anak-anak itu pun meng-iyakan ajakan Dani, “eh..Yen…Yen sini Yen”, teriak Dani yang lupa mengajak Bryan.
Saat itu, aku yang melihat kejadian itu ingin sekali tertawa tapi kutahan. Lucu sekali aku pikir, apakah anda berpikir sama dengan saya?. Di Indonesia sudah menjadi biasa, ketika seorang memanggil nama seseorang yang telah dikenal namanya dengan satu suku kata di awal atau di akhir nama depan orang yang dipanggilnya tersebut. Con-tohnya, Dani biasa dipanggil “Dan..”, Hadi biasa dipanggil “Di..”, dan lain-lain. Berbeda jika aku lihat dengan cara orang barat memanggil nama seseorang, di film yang sering aku tonton, biasanya mereka akan memanggil nama depan seseorang yang telah dikenal sebelumnya dengan suku kata yang lengkap dari nama orang yang dipang-gilnya. Contoh, Bryan akan dipanggil “Bryan..”, atau Gabrielle akan dipanggil lengkap “Gabrielle..”, memang ada sebagian nama yang bisa dipanggil dengan singkat seperti “Benjamin” suka dipanggil “Ben..” saja, atau “Nicky” bisa dipanggil “Nick”.
Saya rasa anda paham dengan teori saya di atas, tapi nama-nama di barat hanya sebagian kecil yang biasa disingkat ketika dipanggil, tidak seperti di Indonesia yang semua nama biasa di ucapkan dengan satu suku kata ketika nama tersebut di pang-gil. Tapi saat itu, Bryan dipanggil “Yen…yen sini yen”, ha..ha..ha.. lucu banget, sampai sholatku ngga karuan mengingat kejadian itu. “eh yen, katanya punya kakak cewek? Kenalin dong”

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda