Rabu, 16 April 2008

Ayah…terima kasih dari dua anakmu yang jauh

Ketika aku membaca tulisan dibawah ini :

“Ayahku adalah seorang guru Sekolah dasar di daerah tepencil dipinggir kali besar, sebagai anak guru sebagian masyarakat, kolega dan orang tua murid menyayangiku dan memberikan perhatian lebih, terkadang panggilan “pak Guru” yang ditujukan kepada Ayahku menjadi hal yang sangat membanggakan ketika aku mendengarnya, bahwa aku bangga bahwa ayahku adalah seseorang yang dihargai karena pekerjaannya, begitu indah menjadi pendidik, jika semua masyarakat mampu menghargai bahwa guru adalah orang yang paling berjasa dalam sejarah peradaban manusia.
Seiring berjalan waktu, profesi guru menjadi tidak menarik dan semakin tidak diminati karena tidak didukung oleh penangung kebijakan di Indonesia, gaji guru yang rendah menjadikan profesi guru meluntur dan kehilangan penghargaannya dalam strata ekonomi masyarakat, banyak dari para guru yang memiliki rangkap pekerjaan.
Ayahku adalah salah satunya, gaji bulanan dan jatah beras jelek tidak cukup untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, akhirnya ayahku menjadi pengusaha beras pegawai negeri, entah bagaimana memulainya Ayahku menjadi sangat cepat terkenal dikalangan guru sedaerahku sebagai guru yang berani membeli jatah beras guru dan menjualnya kembali ke pasar, inilah rangkap pekerjaan ayahku memulai karirnya dalam berbisnis.
Jatah beras guru yang diberikan pemerintah pada saat itu adalah beras dengan mutu terjelek, baunya sangat menyengat, ketika anda memasaknya, aroma yang dikeluarkan mereflekan tangan menutup hidung, juga menyebabkan perut kembali mengerut kehilangan nafsunya, nasinya berwarna kecoklatan, ketika anda akan memakannya anda tidak akan mampu untuk mebuatnya menjadi yang menyatu, ketika anda mencoba untuk mengepalkannya maka yang terjadi adalah beras yang tergerai yang tidak melengket satu sama lainnya, mungkin itulah sebabnya kenapa beras itu dinamakan beras be’ar dalam bahasa sunda atau beras yang tidak lengket, mungkin dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “beras terurai”, hanya ayam yang tidak akan berpikir ulang untuk memakan nasi tersebut, itu saya pikir, karena buktinya tidak banyak guru yang sanggup memakan beras jatah tersebut, dengan senang hati mereka menjualnya kembali dan membeli beras yang kualitasnya lebih baik sedikit.
Dalam bisnis beras jatah guru ini ada hal yang membuka fakta-fakta bahwa kehidupan guru di Indonesia sangat mengenaskan, diantaranya adalah ada yang menggadaikan jatah berasnya bulan depan dengan meminjam uang dibulan sebelumnya, artinya gaji yang diberikan pemerintah tidak bisa menutupi kebutuhan dasar kehidupan para guru, mungkin hal ini juga bisa menjadi salah satu faktor kenapa pendidikan di Indonesia tidak memiliki kemajuan yang pesat, karena KESEJAHTERAAN GURU sangat tidak diperhatikan, sementara dalam teori manajemen dikatakan bahwa peningkatan kesejahteraan berjalan searah dengan kemampuan karyawan memberikan kontribusi dan kesetiaan pada pekerjaannya, teori ini telah menunjukan kebenarannya dalam kasus kesejahteraan guru dan hasil pendidikan di Indonesia.”

Tulisan diatas dibuat oleh kakakku dede mariyah yang ada nun jauh disana, haru kurasakan ketika itu, aku tahu kehidupan ayahku hanya ketika mulai mempunyai pikiran yang bisa mengolah kejadian-kejadian yang ada di sekitarku.

Ketika itu aku, hanya tahu kehidupan ayahku sebagai seorang guru yang yang mempunyai istri seorang pemilik warung, warung yang besar, lengkap menyediakan segala kebutuhan keluarga. Ramai sekali warung yang dimilikki ibuku ketika itu, awal tahun 90-an.

Ayahku adalah seorang guru agama di sekolah dasar terpencil, karena dia seorang guru agama yang kegiatan mengajarnya tidak seperti guru konvensional yang harus datang ke sekolah sebelum jam tujuh dimana kegiatan pembelajaran sudah harus dimulai, maka ayahku bisa datang lebih siang untuk mengajar.

Memanfaatkan kesempatan waktu yang luang itu, ayah selalu sempat mengantar ibu belanja ke pasar dengan sepeda motor onyo merahnya, sebuah motor merk Honda tahun 70-an ber-cc 70 yang akhirnya diganti ayah dengan sepeda motor yang lebih bagus, motor besar berkopling merk Yamaha RX King ber-cc besar, orang-orang selalu menjuluki motor seperti itu sebagai motor bangsat, karena banyak sekali digunakan oleh pencuri bersepeda motor untuk lari dari kejaran polisi bila terjadi aksi kejar-kejaran, bila di pacu maksimal akan kencang sekali larinya, sekencang kijang yang diburu macan, motor polisi pun akan mati kelelahan dibuatnya.

Dengan dilengkapi karung besar terbuat dari goni yang biasa dipakai untuk beras, ayah mendesain karung itu seperti tas yang ada di sepeda motor seorang bapak pos. Bedanya ayah menggunakannya untuk tempat belanjaan ibu sedangkan bapak pos untuk tempat surat-surat yang siap diantarnya.

Setiap ibu dan ayah akan pergi belanja setiap pagi jam 5.00 sehabis shubuh aku selalu memesan kue gunung kesukaanku, kue yang terbuat dari adonan tepung terigu yang encer, dicetak kedalam cetakan yang akhirnya membuat kue tersebut seperti perahu terbalik, tapi aku terbiasa menyebutnya kue gunung. Ibu selalu mengabulkan permintaanku, senang sekali jika aku melihat ibu dan ayah pulang berboncengan berdua seperti sejoli dengan belanjaan di kiri kanan motornya, seperti pak pos yang sedang bekerja mengantar surat sambil pacaran dengan kekasihnya. Ibu yang gemuk, ayah yang ceking, tampak tidak proporsional. “ah…aku tak perduli dengan semua itu”, aku senang sekali melihat orang tuaku pulang.

Kehidupan kami boleh terbilang makmur ketika aku dilahirkan, berbeda dengan kehidupan sebelum aku ada, menurut cerita akulah anak yang paling dimanja dibanding empat kakakku sebelumnya, segala yang aku inginkan selalu terkabul, mainan, jajanan anak kecil, segalanya, aku punya. Akulah yang mempunyai mobil-mobilan paling canggih yang bisa berajalan sendiri sebelum anak-anak tetangga mempunyainya. Aku yang pertama kali mempunyai sepatu lebaran merk Bubble Gummer warna merah pemberian ibuku, keren sekali kupakai kala itu.

Aku selalu ingat jika aku harus membandingkan kehidupan keluargaku dengan keluarga dari ayah dan ibu. Adik-adik ayah, kakak dan adik-adik ibu, hampir semuanya tidak sesukses ayaku, aku tak tahu apa yang ada dipikiran mereka. Aku sangat bangga dengan ayah dan ibuku.

Ayah, ibu, doakan aku semoga menjadi orang yang selama ini kalian harapkan, sukses. Oh ya…aku ingat iklan Eveready dulu, iklan batere yang dipasang seorang laki-laki pada sebuah walkman yang dipasangi kaset rekaman berisi suara rekamannya sendiri berbunyi I love you..I Love You berulang-ulang kali. Ketika dipasangi batere, dan diputar untuk menyatakan cintanya pada seorang gadis, laki-laki itu dan gadis yang ada didekatnya kaget bukan kepalang, karena suara yang timbul dari walkman sangat kencang membuat keributan, menerbangkan semua benda yang ada disekitarnya, “I Love You…I Love You…I Love You”. Seperti itu aku akan berteriak kepada kalian, tentunya dalam arti yang berbeda. Ayah, jangan jadi orang yang dingin ya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda